Biaya Pabrik
Ikhtisar Harga Pokok Produksi
Tanggal Keterangan Debit Kredit Saldo (D) Saldo (K)
2000
Des 31 Peny. persediaan 197 197
bahan baku awal
Peny. persediaan
Biaya-biaya yang terjadi dalam pabrik selama satu periode disebut biaya pabrik (manufacturing cost). Pada dasarnya biaya pabrik dapat dikelompokkan menjadi :
a. Biaya bahan baku (raw materials) yaitu biaya untuk barang-barang yang dapat dengan mudah dan langsung diindentifikasikan dengan barang jadi. Contoh bahan baku adalah kayu bagi perusahaan mebel atau tembakau bagi perusahaan rokok.
b. Biaya buruh langsung (direct labor) adalah biaya untuk buruh yang menangani secara langsung proses produksi atau yang dapat diidentifikasi langsung dengan barang jadi. Contoh buruh langsung adalah tukang kayu dalam perusahaan mebel atau pelinting rokok dalam perusahaan rokok.
c. Biaya pabrikasi (overhead) adalah biaya-biaya pabrik selain bahan baku dan burung langsung. Biaya ini tidak dapat diidentifikasi secara langsung dengan barang yang dihasilkan. Contoh biaya pabrikasi adalah (1) bahan pembantu (kadang-kadang disebut bahan tidak langsung, misalnya perlengkapan pabrik (mur, baut, dan pelitur dalam perusahaan mebel); (2) buruh tidak langsung yaitu buruh yang pekerjaannya tidak dapat diidentifikasi secara langsung dengan barang yang dihasilkan, misalnya gaji mandor; (3) pemeliharaan dan perbaikan; (4) listrik, air, telpon, dan lain-lain.
Biaya Produksi
Biaya produksi (production cost) adalah biaya yang dibebankan dalam proses produksi selama suatu periode. Biaya ini terdiri dari persediaan dalam proses awal ditambah biaya pabrik. Termasuk dalam biaya produksi adalah biaya-biaya yang dibebankan pada persediaan dalam proses pada akhir periode.
Harga Pokok Produksi
Biaya barang yang telah diselesaikan selama suatu periode disebut harga pokok produksi barang selesai (cost of goods manufactured) atau disingkat dengan harga pokok produksi. Harga pokok ini terdiri dari biaya pabrik ditambah persediaan dalam proses awal periode dikurangi persediaan dalam proses akhir periode. Harga pokok produksi selama satu periode dilaporkan dalam laporan harga pokok produksi (cost of goods manufactured statement). Laporan ini merupakan bagian dari harga pokok penjualan (cost of goods sold).
Jurnal dan Buku Besar
Untuk mneggambarkan pencatatan dan pelaporan harga pokok produksi dalam sebuah perusahaan pabrik, anggaplah banwa transaksi-transaksi berikut ini terjadi pada PT. Kartika Jaya, sebuah perusahaan pabrik.
Pembelian Bahan Baku
Selama tahun 2000, PT. Kartika Jaya membeli secara kredit bahan baku seharga Rp. 1440. Potongan pembelian-pembelian retur dan pengurangan harga serta transaksi-transaksi lain yang berhubunngan dengan pembelian bahan baku diabaikan dalam contoh ini. Jurnal yang dibuat untuk pembelian tadi, jika dicatat dalam jurnal umum adalah :
(D) Pembelian bahan baku Rp. 1440
(K) Utang dagang Rp. 1440
Jurnal diatas merupakan gabungan transaksi selama satu tahun. dalam kenyataan nya, pencatatan dilakukan untuk tiap transaksi dalam buku pembelian. Pembayaran utang dagang tidak diperlihatkan lagi dalam ilustrasi ini. Akibat jurnal diatas akun Pembelian bahan baku pada tanggal 31 Desember 2000 akan bersaldo Rp. 1440.
Pemakaian Buruh Langsung
Selama tahun 2000, pembayaran kepada buruh berjumlah Rp. 150. Upah yang masih harus dibayar pada akhir tahun berjumlah Rp. 23. Jurnal yang harus dibuat adalah :
(D) Biaya buruh langsung Rp. 173
(K) Kas / Bank Rp. 150
(K) Biaya yang masih harus dibayar Rp. 23
Sekali lagi jurnal ini adalah gabungan dari seluruh transaksi selama satu tahun. Kenyataan nya, pencatatan dilakukan untuk tiap pembayaran dalam buku pengeluaran kas. Sementara itu, upah yang masih harus dibayar dicatat sebagai Jurnal Penyesuaian.
Pemakaian Biaya Pabrikasi
Dalam tahun 2000, biaya pabrik yang dibebankan dalam produksi berjumlah Rp 450. Jumlah ini sudah termaksud jurnal penyesuaian yang diperlukan. Jurnal yang perlu dibuat pada waktu pembelian biaya-biaya tersebut adalah sebagai berikut :
(D) Biaya bahan pembantu Rp. 150
(D) Biaya buruh tidak langsung Rp. 140
(D) Biaya gaji pabrik Rp. 40
(D) Biaya listrik, air, dan telpon pabrik Rp. 37
(D) Biaya perlengkapan-pabrik Rp. 15
(D) Biaya pemeliharaan dan perbaikan pabrik Rp. 50
(D) Biaya asuransi - pabrik Rp. 13
(D) Biaya pabrik lain-lain Rp. 5
(K) Biaya yang masih harus dibayar Rp. 450
Pembayaran biaya yang masih harus dibayar dalam buku pengeluaran kas tidak diperlihatkan dalam contoh ini. Juga pembebanan biaya yang berasal dari pembayaran dimuka, untuk biaya penyusutan, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :
(D) Biaya penyusutan pabrik Rp. 75
(K) Akumulasi penyusutan pabrik Rp. 75
(D) Biaya Penyusutan - pabrik Rp. 9
(D) Biaya Penyusutan - Penjualan Rp. 10
(D) Biaya Penyusutan - Adm & Umum Rp. 10
(K) Akumulasi Penyusutan - bangunan Rp. 4
(K) Akumulasi Penyusutan - kendaraan Rp. 20
(K) Akumulasi Pemyusutan - peralatan Rp. 5
Dalam contoh perusahaan dagang penyusutan dicatat melalui jurnal penyesuain. Jurnal penyesuaian tersebut diatas terdiri dari dua bagian. Penyusutan mesin dibebankan seluruhnya dalam biaya pabrik. Sementara itu penyusutan bangunan, kendaraan dan peralatan (total Rp. 29) dialokasikan ke biaya pabrik, beban penjualan serta administrasi dan umum. Pengalokasian dilakukan berdasarkan penggunaan masing-masing aset tetap.
Dalam perusahaan pabrik terdapat akun yang belum pernah dibahas sebelumnya, yaitu aset tak berwujud. Aset tak berwujud adalah aset tetap yang secara fisik tidak nyata. Contoh aset tak berwujud adalah hak paten dan goodwill. Aset tak berwujud, seperti halnya aset tetap, harus disusutkan. Penyusutan untuk aset tak berwujud disebut amortisasi. Amortisasi aset tak berwujud juga dapat dialokasikan ke dalam biaya pabrik, beban penjualan serta beban administrasi dan umum. Jurnal yang dibuat untuk mencatat dan mengalokasikan beban amortisasi adalah :
(D) Biaya Amortisasi - Pabrik Rp. 13
(D) Biaya Amortisasi - Penjualan Rp. 6
(D) Biaya Amortisasi - Adm & Umum Rp. 6
(K) Aset tak berwujud Rp. 25
Jurnal Penyesuaian
Jurnal Penyesuaian yang perlu dibuat untuk persediaan bahan baku adalah sebagai berikut :
(A)
(D) Ikhtisar harga pokok produksi Rp. 197
(K) Persediaan bahan baku Rp. 197
(B)
(D) Persediaan bahan baku Rp. 243
(K) Ikhtisar harga pokok produksi Rp. 243
Jurnal penyesuaian (A) berhubungan dengan persediaan awal bahan baku. Jumlah yang tercantum di neraca saldo merupakan saldo awal akun tersebut. Jadi jurnal penyesuaian perlu dibuat untuk membebankan saldo awal ini ke harga pokok produksi. Sementara itu jurnal penyesuaian (B) dibuat untuk mengganti saldo akun bahan baku dengan jumlah yang ada pada akhir periode. Dengan jurnal penyesuaian tersebut dapat dihitung jumlah pemakaian bahan baku. Perhatikan adanya akun ikhtisar harga pokok produksi. Akun ini seperti halnya ikhtisar laba rugi, digunakan untuk menutup akun-akun biaya pabrik, pembelian bahan baku serta persediaan bahan baku dan persediaan dalam proses. Dari akun ini dapat dihitung harga pokok produksi.
Hal yang sama dilakukan terhadap persediaan dalam proses. Jurnal penyesuaian yang perlu dibuat adalah sebagai berikut :
(C)
(D) Ikhtisar harga pokok produksi Rp. 15
(K) Persediaan dalam proses Rp. 15
(D)
(D) Persediaan dalam proses Rp. 20
(K) Ikhtisar harga pokok produksi Rp. 20
Jurnal Penyesuaian yang dibuat untuk persediaan barang jadi tidak berbeda dengan perusahaan dagang, yaitu yang berhubungan dengan jurnal penyesuaian untuk persediaan barang dagang. Jurnal penyesuaian ini membebankan saldo awal persediaan barang jadi ke harga pokok penjualan, sekaligus mengganti saldo nya dengan nilai persediaan akhir. Perhatikan jurnal penyesuaian ini :
(E)
(D) Ikhtisar laba rugi Rp. 285
(K) Persediaan barang jadi Rp. 285
(F)
(D) Persediaan barang jadi Rp. 257
(K) Ikhtisar laba rugi Rp. 257
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
PT. KARTIKA JAYA
Laporan Harga Pokok Produksi
Tahun Berakhir 31 Desember 2000
Persediaan bahan baku :
Persediaan bahan baku, 1 Januari 2000 Rp. 197
Pembelian bahan baku Rp. 1440
Persediaan bahan baku tersedia untuk diproduksi Rp. 1637
Persediaan bahan baku, 31 Desember 2000 (Rp. 243)
Total pemakaian bahan baku Rp. 1394
Biaya buruh langsung Rp. 173
Biaya Pabrikasi :
Biaya bahan pembantu Rp. 150
Biaya buruh tidak langsung Rp. 140
Biaya penyusutan - pabrik Rp. 84
Biaya pemeliharaan & perbaikan - pabrik Rp. 50
Biaya gaji - pabrik Rp. 40
Biaya listrik, telp, air - pabrik Rp. 37
Biaya perlengkapan - pabrik Rp. 15
Biaya asuransi - pabrik Rp. 13
Biaya amortisasi - pabrik Rp. 13
Biaya pabrik lain-lain Rp. 5
Total biaya pabrik Rp. 547
Persediaan dalam proses, 1 Januari 2000 Rp. 2114
Rp. 15
Total biaya produksi Rp. 2129
Persediaan dalam proses, 31 Desember 2000 (Rp) 20
Harga Pokok Produksi Rp. 2109
PT. KARTIKA JAYA
Laporan Laba Rugi
Tahun Berakhir 31 Desember 2000
Penjualan (neto) Rp. 3022
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan barang jadi, 1 Januari 2000 Rp. 285
Harga pokok produksi Rp. 2190
Persediaan barang jadi tersedia dijual Rp. 2394
Persediaan barang jadi, 31 Desember 2000 (Rp) 257
Harga Pokok Penjualan Rp. 2137
Laba Bruto Rp. 885
Biaya Usaha :
Beban Penjualan :
Biaya iklan dan promosi Rp. 200
Biaya gaji dan upah Rp. 75
Biaya pengiriman Rp. 60
Biaya perlengkapan Rp. 25
Biaya listrik, telp, air Rp. 20
Biaya pemeliharaan & perbaikan Rp. 15
Biaya penyusutan Rp. 10
Biaya asuransi - pabrik Rp. 6
Biaya amortisasi - pabrik Rp. 6
Biaya pabrik lain-lain Rp. 4
Total beban penjualan Rp. 421
Beban Administrasi & Umum :
Biaya gaji dan upah Rp. 90
Biaya listrik, telp, air Rp. 15
Biaya pemeliharaan & perbaikan Rp. 10
Biaya penyusutan Rp. 10
Biaya perlengkapan Rp. 8
Biaya amortisasi - pabrik Rp. 6
Biaya asuransi - pabrik Rp.3
Biaya administrasi lain-lain Rp. 6
Total beban administarsi & umum Rp. 148
Laba Usaha Rp. 316
beban lain - lain (bunga) (Rp) 113
Laba Bersih Rp. 203
JURNAL PENUTUP
Jurnal Penutup pada perusahaan pabrik adalah penutupan atas akun - akun yang berhubungan dengan kegiatan produksi. Perhatikan jurnal penutup di bawah ini :
(D) Ikhtisar harga pokok produksi Rp. 2160
(K) Pembelian bahan baku Rp. 1440
(K) Biaya buruh langsung Rp. 173
(K) Biaya bahan pembantu Rp. 150
(K) Biaya buruh tidak langsung Rp. 140
(K) Biaya gaji Rp. 40
(K) Biaya listrik, telp, air Rp. 37
(K) Biaya perlengkapan Rp. 15
(K) Biaya pemeliharaan Rp. 50
(K) Biaya asuransi Rp. 13
(K) Biaya penyusutan Rp. 84
(K) Biaya amortisasi Rp. 13
(K) Biaya pabrik lain-lain Rp. 5
Setelah jurnal penutup tersebut, akun - akun biaya pabrik akan bersaldo nol. Sementara itu, akun Ikhtisar Harga Pokok Produksi, setelah jurnal penutup diatas, tampak seperti dibawah ini :
Ikhtisar Harga Pokok Produksi
Tanggal Keterangan Debit Kredit Saldo (D) Saldo (K)
2000
Des 31 Peny. persediaan 197 197
bahan baku awal
Peny. persediaan
bahan baku akhir 243 46
Peny. persediaan
dlm proses awal 15 31
Peny. persediaan
dlm proses akhir 20 51
Penutupan biaya pabrik 2160 2190
Saldo debit akun ikhtisar Harga Pokok Produksi sebesar Rp. 2109 merupakan harga pokok barang selesai diproduksi. Jumlah ini kemudian ditutup ke akun Ikhtisar Laba Rugi. Jurnal Penutup yang dibuat adalah :
(D) Ikhtisar Laba Rugi Rp. 2190
(K) Ikhtisar harga pokkok produksi Rp. 2190
Setelah jurnal penutup ini akun Ikhtisar Harga Pokok Produksi akan bersaldo nol.
Sumber : Soemarso Pengantar Akuntansi I, tahun 2002
Peny. persediaan
dlm proses awal 15 31
Peny. persediaan
dlm proses akhir 20 51
Penutupan biaya pabrik 2160 2190
Saldo debit akun ikhtisar Harga Pokok Produksi sebesar Rp. 2109 merupakan harga pokok barang selesai diproduksi. Jumlah ini kemudian ditutup ke akun Ikhtisar Laba Rugi. Jurnal Penutup yang dibuat adalah :
(D) Ikhtisar Laba Rugi Rp. 2190
(K) Ikhtisar harga pokkok produksi Rp. 2190
Setelah jurnal penutup ini akun Ikhtisar Harga Pokok Produksi akan bersaldo nol.
Sumber : Soemarso Pengantar Akuntansi I, tahun 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar